Judul : Let It Snow 'Dalam Derai Salju'
Penulis : John Green, Maureen Johnson, Lauren Myracle
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 312 halaman
Genre : Young Adult, Romance.
Rating : 4/5 bintang.
Ketika saya membeli buku ini, saya berpikir mungkin saya akan disuguhi cerita cinta anak sekolahan dengan karakter-karakter anak-anak nerd versus anak-anak orang kaya. Tapi ternyata saya salah. Maklum saya tidak membaca sinopsis di bagian belakang buku ketika pertama kali membelinya. Saya tertarik membawa pulang buku ini karena menyangkut nama penulis favorit saya, John Green. Jauh dari perkiraan saya, ternyata buku ini mengangkat situasi yang tidak biasa -terjebak di badai salju- menjadi ladang kisah cinta remaja yang romantis.
Buku ini dibuka dengan cerita yang ditulis oleh Maureen Johnson yang berjudul "The Jubilee Express", menceritakan tentang malam natal Jubilee yang berubah kacau karena orang tuanya yang dijebloskan ke penjara karena terlibat kericuhan Flobie Santa Village. Tidak ada malam Natal bersama pacar sempurnanya, Noah. Tidak ada acara buka kado Natal di pagi hari bersama keluarga. Jubilee malah harus menghabiskan malam Natalnya dengan perjalanan menuju rumah nenek dan kakeknya di Florida. Parahnya lagi kereta yang ia tumpangi mendadak harus berhenti di kota kecil bernama Gracetown karena menabrak gunungan salju. Cerita Jubille pun dimulai ketika ia singgah di Waffle House untuk menghindari para cheerleader yang ributnya minta ampun dan bertemu dengan seorang cowok asing yang menyelamatkan malam Natalnya yang kacau.
Secara keseluruhan saya sangat menikmati cerita karangan Maureen Johnson ini. Bahkan di antara 3 cerita yang ada, "The Jubilee Express" adalah favorit saya. Gaya penulisan yang disuguhkan benar-benar nyaman untuk dibaca. Karakter Jubilee juga sangat menyenangkan untuk diikuti. Bukan tipe cewek yang lemah dan pasrahan.
Cerita perjalanan Jubilee yang berakhir begitu romantis sempat membuat saya berpikir kalau saya bakalan nemu pasangan hidup saya nanti di tengah-tengah kereta mogok atau pesawat yang delay. Haha, btw hanya bercanda. Pokoknya ketika selesai membaca akhir cerita karya Maureen Johnson in, saya langsung senyum-senyum sendiri sambil bilang "Aaaaa... So Sweet!"
Beralih ke cerita berikutnya yang berjudul "A Cheertastic Christmas Miracle" karya John Green. Dan, siapa sih yang nggak kenal John Green? Kalaupun Anda nggak pernah baca bukunya, tapi kemungkinan besar Anda tahu film The Fault in Our Stars yang merupakan adaptasi dari salah satu novel karyanya yang berjudul sama. John Green adalah penulis yang berhadil membuat saya jatuh cinta dengan cerita cinta kontemporer remaja.
Tapi sayang sekali entah kenapa saya tidak merasakan kekuatan penceritaan yang biasanya John Green miliki di Cheertastic Christmas Miracle ini. Cerita terfokus pada perjalanan JP, Tobin, dan The Duke mengejar para cheerleader di Waffle House yang berujung pada pertemuan Tobin dengan cheerleader sejatinya. Saya pikir akan ada banyka intrik dan benturan pemikiran para karakter yang asyik buat diikuti seperti halnya dalam novel Looking for Alaska. Tapi sayang sekali mungkin Mr. Green lagi kepengen nulis dengan gaya penulisan yang sama dengan An Abundance of Kathrine yang -menurut saya- nggak se-wow TFIOS atau Looking for Alaska.
Meski begitu, cerita pendek dari John Green ini tetap asyik untuk diikuti.
Berikutnya adalah cerita pendek berjudul "The Patron Saint of Pigs" karya Lauren Myracle. Yang menarik di tulisan Lauren Myracle ini adalah keahliannya menyatukan seluruh karakter yang sudah disebutkan dalam cerita-cerita sebelumnya ke bagian akhir cerita dan eksekusinya pas banget, ringan dan nggak maksa. Menyenangkan sekali semua karakter kembali bersama-sama untuk menutup lembar terakhir buku Let It Snow ini.
The Patron Saint of Pigs menceritakan tentang Addie -Adeline- yang gagal move on setelah putus dari Jeb dan harus melewati hari Natal penuh dengan depresi. Ia bahkan memangkas rambut indahnya dan mengecatnya menjadi pink!
Sayang sekali sebenarnya saya berharap porsi Jeb juga seimbang dengan Addie sehingga saya bisa merasakan hubungan kuat di antara keduanya, tidak hanya pada sisi Addie saja.
Intrik persahabatan, perselingkuhan, dan keegoisan ala remaja yang disuguhkan Lauren Myracle berhasil menambah daya tarik cerita. Dan meskipun karakter Addie sedikit menyebalkan bagi saya -karena karakter Addie yang senang bergalau ria- tapi terasa berwarna dan juga usaha konyol Addie ketika menolong Tegan yang cinta mati dengan semua hal tentang babi cangkir.
"Sejak dulu aku punya pendapat bahwa kau tak boleh mengorbankan cerita tengah yang bahagia dengan harapan mendapatkan akhir yang bahagia, karena aku takpercaya ada akhir yang bahagia"
Let It Snow 'Dalam Derai Salju' -halaman 188
Jika saya memberi rating untuk setiap cerita, maka..... *suara drum*
"The Jubilee Express" : 4.5 bintang
"A Chreertastic Christmas Miracle" : 3.5 bintang
" A Patron Saint of Pigs" : 4
Kalau dirata-ratakan untuk keseluruhan buku saya beri 4 dari 5 bintang. Nilai yang pantas untuk keseluruhan cerita karena gaya penceritaan yang menarik dengan frasa-frasa yang unik. Bacaan yang pas untuk kalian yang ingin mencari bacaan untuk bersantai sambil minum secangkir teh panas dan kue di sore hari. Apalagi ketika cuaca dingin karena setting novel yang penuh salju. Pas banget! <3
John Green |
Maureen Johnson |
Lauren Myracle |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar