Sabtu, 09 Januari 2016

Review Novel: THE GIRL ON THE TRAIN. Kau tidak mengenalnya, tapi dia tahu siapa dirimu.

  





   Baru tadi malam saya selesai baca novel thriller berjudul The Girl on The Train karya Paula Hawkins. Emang rada telat, sih. Karena saya punya banyak buku yang belum kebaca dan agak bingung nentuin yang mana yang duluan buat dibaca. Dan akhirnya kesampaian juga baca The Girl on The Train.
   
    Btw, banyak yang bilang kalau buku yang satu ini merupakan 'the next Gone Girl'. Sayangnya, saya nggak pernah baca Gone Girl karya Gillian Flynn tersebut dan cuman pernah nonton filmnya, jadi saya nggak bisa ngebandingan sama The Girl on The Train. Dan ini bukan pertama kalinya saya baca buku bergenre thriller dengan karakter-karakter yang punya masalah kejiwaan. But, The Girl on The Train benar-benar membuat saya terpukau dan berhasil mendapatkan tempat di hati saya. Kenapa?

Mari kita baca sinopsisnya dulu.

   The Girl on The Train menceritakan Rachel a.k.a narator utama yang setiap hari naik kereta komuter ke London tanpa tujuan yang jelas, hanya untuk berpura-pura berangkat kerja seperti biasa meskipun kenyataannya dia sudah dipecat berbulan-bulan sebelumnya. 
   Saat kereta berhenti di perlintasan, Rachel selalu memperhatikan rumah bernomor lima belas melalui jendela kereta. Ia tidak mengenal suami istri pemilik rumah tsb namun ia sering mengkhayalkan hubungan suami istri yang sempurna dengan kehidupan bahagia di rumah tsb. Pasangan itu kemudian ia berinama Jess dan Jason. Jess dan Jason mengingatkan Rachel akan rumah tangganya dulu bersama mantan suaminya, Tom, sebelum akhirnya bercerai. Rachel mengamati mereka selama satu tahun dan menjadi terkitan dengan mereka. Oleh karena itu, ketika suatu hari ia melihat Jess (yang aslinya bernama Megan) berselingkuh dari suaminya, Rachel menjadi sangat marah dan kecewa. Keseokan harinya, Jess a.k.a Megan menghilang.
    Rachel yang merasa terikat dengan hubungan Jess dan Jason yang di kehidupan nyata bernama Megan dan Scott akhirnya mati-matian berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada Megan. Dan pada hari hilangnya Megan, Rachel pergi ke Witney (tempat tinggal Megan dan Scott serta mantan suaminya, Tom, dan istri barunya, Anna). Tapi karena mabuk berat, ia tidak dapat mengingat apa yang terjadi malam itu. Padahal ingatannya tentang malam saat ia berada di Witney, di malam ketika Megan menghilang, adalah kuci dari semua permasalahan yang terjadi. 
   Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengan Megan? Kemanakah Megan menghilang? Siapakah penjahat yang sebenarnya? Atau jangan-jangan Rachel lah yang tidak sadar telah membunuh Megan?
   
    Paula Hawkins benar-benar membuat saya terpukau dengan karyanya yang satu ini. Gaya penceritaan yang sepotong-sepotong dari tiga sudut pandang yang berbeda (Rachel, Anna, dan Megan) membuat saya begitu excited dan luar biasa penasaran sepanjang membaca buku ini. Saya terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sampai akhirnya saya menemukan bahwa dugaan saya benar mengenai siapa pelaku sebenarnya.
    Saya sangat menyukai gaya penceritaan dari sudut pandang Rachel. Rachel yang pemabuk berat membuatnya tidak dapat mengingat beberapa kejadian yang telah berlalu, tidak bisa membedakan mana yang nyata dan tidak nyata, apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, dan itu semua membuat saya geregetan dengan si Rachel.
Rachel Watson
    Potongan-potongan kejadian yang tidak dapat diingat Rachel -padahal itu penting banget- membuat saya terus-terusan berkata "berhenti minum, Rachel! Please deh!". Benar-benar memancing emosi.
   Saya juga dibuat kesel sama si Megan yang kok tega banget berselingkuh padahal ia punya suami yang sangat mencintainya dan sangat perhatian.
   Tingkah paranoid Anna juga membuat saya jengkel. Sikapnya yang sangat membenci Rachel dan merusak hubungan Tom dan Rachel, sukses membuat saya membenci karakter Anna, meski di ending cerita, si Anna bener-bener badass dan patut dikasih "slow clap" dengan penuh ketercengangan sekaligus terpukau atas tindakannya di ending cerita.

   Saya juga sempat mengira Scott dan Rachel bakalan jadian karena mereka itu senasib -sama-sama diselingkuhi. Tapi ternyata itu tidak terjadi..

   Yang jelas buku ini lebih fokus pada kejiwaan masing-masing karakter yang bener-bener worst sehingga mereka terlibat dalam situasi yang worst juga. Dan saya bener-benera merasakan banyak ketegangan di tengah sampai akhir cerita. Jadi buat para pembaca, harus sedikit bersabar di bagian awal buku.

Well, untuk pemberian nilai, saya kasih 4 dari 5 bintang. Recommended buat kalian yang suka baca buku dengan karakter-karakter yang punya masalah psikologi atau sosiopath :))

   Rencananya, novel ini bakalan difilmkan oleh DreamWorks Studio dengan judul yang sama. Dan berikut ini saya kasih beberapa foto aktris dan aktor yang akan beperan dalam film The Girl on The Train yang rencana akan rilis akhir tahun ini. Saya rasa filmnya bakalan kerena, apalagi ada Emily Blunt dan Luke Evans, membuat saya berpikir ini bakal jadi film yang menjanjikan.


Emily Blunt as Rachel Watson

Haley Benett as Megan Hipwell

Rebeca Ferguson as Anna Watson

Justin Theroux as Tom Watson

Luke Evans as Scott Hipwell

Edgar Ramirez as Dr. Abdic Kamal



Sebelumnya, Chris Evans (Captain America) dan Jared Leto (The Suicide Squad) dikabarkan bakal memerankan Tom dan Scott. Tapi ternyata batal,