Sabtu, 29 Juni 2019

Review Novel: MORNING STAR by Pierce Brown (Rant Review(?)... sort of)


Judul: Morning Star - Red Rising 3
Penulis: Pierce Brown
Penerjemah: Shandy Tan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2018
ISBN: 9786020379418
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 580 halaman
Rating Goodreads: 4,49 / 5 stars

Warning: Review ini tidak ditujukan untuk yang tidak mampu menahan emosi ketika membaca perbedaan pendapat.
Disclaimer: Review ini bukan ditujukan untuk menjelek-jelekkan suatu buku/satu pihak atau sekadar agar saya terlihat seperti anak edgy yang berselera tinggi. Ini murni adalah pemikiran dan perasaan yang saya rasa rasakan saat membaca buku ini.

   Hellooooooo, welcome back to my channel- wait, that ain't right.
HAI GAES. APA KABAR GAES. So, sehari yang lalu atau dua hari yang lalu(?) aku berhasil selesai membaca Morning Star karya Pierce Brown. Sebenarnya aku sudah start baca Morning Star sejak Februari atau Maret, sekitaran itu, tapi baru bisa menyelesaikannya bulan Juni ini. Wow. Tentunya ada alasan kenapa berat sekali rasanya menyelesaikan buku ini sampai butuh waktu selama itu. Daaaan alasan-alasan itu akan kita bahas di review kali ini.
   ANW yang kulakukan disini bukan sekadar nge-rant koar-koar menghujat atau marah-marah doang. Aku suka menganalisis film-film, skrip film, aku suka bikin skrip film, dan aku pernah nulis beberapa novel yang maap sekali tidak pernah kuterbitkan tapi intinya aku punya dasar pengalaman yang kuat untuk berkesempatan membedah suatu cerita, termasuk buku Morning Star ini. Jadi sekali lagi ini bukan supaya aku terlihat sebagai anak edgy pecinta buku yang sok sok berselera tinggi makanya buku yang ratingnya tinggi aja tetap kuhujat, tidak seperti itu ya bambang. Yang kulakukan disini adalah menganalisis buku ini sesuai dengan kemampuan dan pengalamanku yang tidak seberapa, semoga bapak ibu sekalian menyukainya. Dan tentu saja, kalian berhak menyukai buku yang tidak kusuka, dan berhak membenci buku yang kusuka. Semua kembali kepada Yang Maha Kuasa selera masing-masing.
   BAIQQQUE.
   Btw part awal dari review ini bakalan spoiler free so if you haven't read the book yet, you can stay, sampai pada bagian review yang berspoiler. Oke? Oke.

   So, Morning Star adalah buku ketiga dari seri Red Rising. Kalau-kalau kalian lupa bagaimana cerita dari seri ini, aku akan menjelaskan dengan singkat apa yang terjadi di buku 1 dan 2, atau kalau kalian mau coba buka reviewnya di IG ku @thequeenandherbooks boleh juga karena aku juga pernah review Red Rising dan Golden Son di situ (promosi maap bu). Hati-hati untuk yang belum baca Red Rising maupun Golden Son, penjelasanku di bawah akan berisi spoiler dari dua buku tersebut tentunya.

   Basically, Red Rising adalah Hunger Games. Tapi bergenre fantasi dan dengan setting luar angkasa. Dengan karakter utama bernama Darrow, dia berasal dari golongan warna merah alias golongan rendahan dan menyusup masuk ke Society golongan warna emas dengan mengubah fisiknya menjadi seperti orang emas untuk mengubah tatanan Warna-Warna an yang memperbudak golongan warna rendahan, lalu mengikuti semacam ajang Hunger Games alias ujian bunuh-bunuhan yang dimana pemenangnya bisa mendapat jabatan tinggi dan kalau Darrow dapat jabatan tertinggi, ia bisa menyusup masuk ke inti pemerintahan dan memulai revolusi, atau sekalian jadi Presiden istilahnya, dia bisa mengubah tatanan warna-warna an yang busuk dan licik. Spoiler Alert: Darrow berhasil memenangkan ujian tersebut bersama sekutunya Mustang, Sevro, Roque, dkk, dengan mengalahkan saudara kembar Mustang yang gila dan jahat bernama Jackal. Di buku Golden Son, terjadi perang-perang-perang-perang sampai akhirnya Darrow ketahuan menyamar sebagai emas, Roque berubah menjadi jahat karena merasa dibohongi Darrow, Darrow ditangkap, dan Jackal mengambil alih kekuasaan bersama Penguasa Agung Society bernama Octavia yg jahat dan tamak.

Begitulah.

   Di Morning Star yang basically set ceritanya mirip dengan Mockingjay, Darrow berusaha kembali untuk meraih revolusi demi rakyat golongan warna rendah.
Bagian awal buku cukup captivating, dimana Darrow tertangkap, disekap, dikurung, seluruh kaum revolusi Putra Ares, Howler, teman-teman dan pendukungnya sudah mengira dia mati, dan Jackal benar-benar di atas angin. Formulanya masih sama yaitu perang-perang-perang-perang luar angkasa, tapi sayang sekali menurutku di buku ketiga ini terasa banget Pierce Brown berusaha terlalu keras agar buku ini terlihat cerdas, sampai-sampai kebanyakan di scene perang yg dia lakukan sebenarnya hanyalah throwing a bunch of non-sense words yang saya dan kawan-kawan sekalian tidak mengerti itu apa benda apa sejarah apa maksudnya apa dan datang darimana, tau-tau perang pokoknya terus berjalan scene demi scene.
   Soal plot twist, tidak cukup banyak scene yang membuat syok di buku ini, tidak seperti dua buku sebelumnya. But i kinda like the massive plot twist at the ending of the book. Plot twist yang cukup baik, tapi sebenarnya yang membuat aku sangat suka dengan adegan plot twist di ending adalah karena kehadiran Jackal. Literally, Jackal cuman ada di bagian awal dan akhir buku, tapi setiap kali ada dia, itu membuat bukunya terasa 180 derajat jadi lebih menarik daripada perjalanan Darrow itu sendiri. Menurutku karakter Jackal sangat bagus dan merupakan bagian terbaik dari keseluruhan seri Red Rising. Pada bagian plot twist di ending, his action/what he did at that time remind me of Jim Moriarty from Sherlock BBC. He's so sick but genius. So, yeah, Morning Star kelihatannya cukup normal ditinjau dari aspek-aspek di atas.

BUT BITCH, HELL NAH.

Kita memasuki bagian yang ber-spoiler so if you don't wanna get spoiled.. wa'alaikumsalam dan sampai jumpa lagi.
Untuk kalian yang masih disini untuk menikmati curahan limpahan kasih sayang amarah dan kekesalanku ketika membaca Morning Star, God blessed your soul, bcuz here we are kkkkk.

   Kalau kalian senang dengan seri Red Rising, sudah dapat dipastikan kalian nge-fans dengan karakter Sevro. Me too, aku fans berat Sevro di buku Red Rising #1. Dia diam-diam mematikan, silent killer yang mematikan, liar, terkadang lucu dengan dark humornya, dan wah pokoknya kartu As dari timnya Darrow, sangat badass.
Di Morning Star, ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIM, SEVRO.
Sevro bukanlah lagi Sevro yang kita kenal. Aku tidak mengerti apa yang ada di kepala Pierce Brown ketika menuliskan karakter Sevro di Morning Star. Entah karena Pierce Brown merasa banyak sekali yang mencintai karakter Sevro sampai memutuskan mengubah karakter Sevro menjadi lebih lucu, tapi justru ia mengubahnya menjadi bodoh, impulsive, dan pelawak 24/7. Moon maap, Bang Pierce Brown ada apa ya?

   So, basically Sevro adalah pemimpin kelompok pemberontakan Putra Ares. Ia berhasil menyelamatkan Darrow dari sekapan Jackal. Karakternya baik-baik saja sampai halaman 85. Aku masih sangat excited dengan keseluruhan cerita dan ofcourse, karakter Sevro.
Sampai di halaman 87, aku merasakan ada hal yang tidak beres. Aku tidak ingat Sevro punya karakter yg seperti ini. Lawakannya di halaman 87 sudah mulai terasa too much dan cringey. Kalau kita cek kembali di buku Red Rising, percayalah karakter Sevro tidak se-bullshit ini. Aku sampai ngebaca kembali beberapa bagian Red Rising saking herannya, takutnya aku yang udah lupa sama karakter Sevro kayak gimana. But dude, aku benar-benar saja.
   Setiap kali Sevro muncul di Morning Star, dia melawak dan melawak dan melawak sampai lawakannya membuat rohku ingin menyeberang ke alam sebelah saking ngecringenya.
Jadi basically karakter Sevro berubah menjadi side-character yang pasaran yang selalu ada di cerita-cerita lain, jenis side-character lucu dan selalu melawak, "si bodoh" yang tugasnya selalu ada untuk tokoh utama "the chosen one" yang tampan/cantik tapi emosional, yang tugasnya melempar jokes-jokes di tengah-tengah situasi menegangkan. Hmmm.

Yang paling membuatku emosi adalah, halaman 141.
   Karena sekarang Sevro lah sang pemimpin pemberontakan, maka Darrow yang telah diselamatkan Sevro karena sempat tertangkap dan dikira seluruh revolusioner sudah mati, sekarang adalah anak buah Sevro. Tapi ha ha of course Pierce Brown harus membuat karakter Darrow menjadi 'ThE ChOsEN OnE', Darrow si Pemimpin. Jadi, tebak apa yang Pierce Brown lakukan untuk membuat Darrow mendapatkan kembali predikatnya sebagai pemimpin revolusi? MEMBUAT SEVRO MENJADI BODOH DAN IMPULSIVE.
Jadi ada adegan dimana Sevro secara tidak masuk akal menjadi sangat bodoh body and soul, impulsive sampai ke organ dalam, dan membuat rencana mereka menyerang Society sempat mengalami kegagalan, dan saat itu Darrow si pEmIMpiN menyelamatkan situasi. Pierce Brown juga membuat karakter Sevro menjadi egois dan menjadikannya sosok pemimpin yang gak mau mendengarkan orang lain. Menjatuhkan karakter lain agar karakter utama menjadi sosok hero? I'M NOT BUYING IT.

  
   Pierce Brown pun berulang kali menegaskan, lewat POV-nya Darrow, bahwa Sevro itu liar gila dan liar dan gila dan gila dan tak terkendali dan gila dan liar dan gila dan liar dan liar dan..

...dan liar dan gila dan tak terkendali dan liar dan sangat liar dan- MOON MAAP PAK PIERCE BROWN, CUKUP. CUKUP. Cukup tunjukkan saja keliarannya dimana, dan impulsive itu bukan liar btw. Dan liar dan gila bukan satu-satunya alasan kenapa kami mencintai Sevro.


  Next, kita ke bagian yang sama parahnya. Halaman 197, dimana Sevro dan Darrow berkelahi, saling memukul dan melukai karena Sevro bodoh dan hampir membuat semua orang terbunuh dengan tidak mendengarkan apa kata Si Dewa Darrow. Dan di momen saat mereka udah capek berkelahi, Darrow dan Sevro memulai percakapan yang meNGUBAAHH SEGALA HAL YANG KUSUKAI TENTANG SEVRO.
Sevro be like, "kamu tahu nggak kenapa nolongin kamu pas di institut ketika kamu sama Cassius tenggelam di laut? Itu bukan karena kupikir kamu bisa jadi pemimpin yang baik. Tapi karena aku ngeliat kalian-kalian berkumpul di dekat api unggun. Aku.. akuuu.. ingin bergabung, tapi aku takut kalian nggak suka akuh."
MAAF ANDA SIAPA YA? Apakah Anda yakin Anda ini Sevro? Sejak kapan Sevro jadi cengeng begini. Lengkap sudah kehancuran karakter Sevro. Bodoh, impulsive, pelawak 24/7, dan tiba-tiba jadi.. menye? Karakter favoritku yallah, bye :)
Aku, setiap Sevro bertingkah yang tidak penting and out of his real character
Basically keseluruhan karakter Sevro sepanjang buku Morning Star be like:

List suami:
Warner
Sebastian Stan
Sevro

I wonder how and why people who already read this book doesn't even notice the fact that Sevro is completely out of his character arc from Red Rising #1. Rata-rata review di goodreads, yang sebagian besar memberikan bintang 5, malah senang sekali melihat karakter Sevro menjadi pelawak 24/7. 

Bahkan sering sekali ada dialog Darrow dan Sevro saling melempar jokes, saling memaki biar lucu, berusaha membuatku tertawa.
Aku, ketika Darrow dan Sevro saling melempar dialog lucu tak berguna
Dan kalimat-kalimat makian sok lucu yang nge-cringe di tengah adegan serius yang tidak membutuhkan dialog murahan terus berlanjut


OKE LANJUT.
Aku sudah pernah ngemention kalau seri Red Rising ini punya adegan-adegan yang basically sama persis dengan Hunger Games. Untuk Morning Star sendiri juga punya adegan yang sama seperti di buku Mockingjay, dimana ada video penggugah revolusi yang ditayangkan ke seluruh kota. Kalau di Mockingjay, lagunya adalah "are you, are you coming to the tree?" dengan video Katniss menjelajah Distrik 12 yang hancur, kalau di Morning Star berisikan video Eo yang digantung dengan lagu yang liriknya bisa kalian lihat di halaman 210. Inti adegan itu juga sama, yaitu untuk membangkitkan semangat revolusi.
Menurut kalian adegan yang sama sama seperti ini bagaimana?


Next! Yang paling krusial dimana semua orang juga komplain hal yang sama kepadaku: Karakter Darrow.
Semuanya rata-rata berpendapat sama; karakter Darrow sangat unlikeable. Kok bisa?
BAIQQQUE.
Yang satu ini penjelasannya cukup panjang.
Untuk menulis karakter protagonist, Film Crit Hulk Smash menyebutkan salah satu unsur pentingnya di dalam 7 Basic Questions of Narrative Drama, begitu juga dengan ThinkStory di dalam How To Write Strong Characters.
Yaitu: The important distinction between WANT vs NEED.
WANT tujuannya  untuk membuat plot terus maju. Contoh: Frodo yang mau menghancurkan The Ring, Woody yang mau jadi mainan favoritnya Andy.
NEED adalah learn about themselves to grow or to fulfill what they want. It can teach us about something, it's about learning something greater than the story itself. Contoh: Frodo yang menyadari dia membutuhkan Sam to complete his journey.

   Morning Star? I think Darrow has strong clear "WANT" yaitu menghancurkan sistem warna yang kejam dan membunuh Penguasa Agung, but lack of "NEED".

Selain itu, Darrow terlampau sempurna. Nggak ada yang gak mungkin buat Darrow. Dia tampan, pintar, kuat, cerdas, cekatan, bijak, baik hati, pemimpin, tegas, berhati lembut, tidak impulsive, banyak teman, sudah pasti get the girl alias dapetin Mustang, diikuti semua orang. Basically, nothing to lose. He has no struggle at all. Mau separah apapun keadaannya, Darrow nggak mungkin sendirian, nggak mungkin galau, gak mungkin kehabisan rencana, dan gak mungkin mati. Bahkan pas tangannya dipotong sama Jackal, dia gak pingsan(?), masih sehat aja pokoknya si bapak mah yah.
I think this is the reason why kita-kita tidak begitu enjoy dengan karakter Darrow. Because he's TOO PERFECT. And of course dia tidak begitu down to earth setiap kali menjelaskan strategi-strategi dan kelebihan yang ada pada dirinya.
So what makes a hero feel real?
-Relatable with us
-Struggling with things that we usually struggle with too
-Have flaws
Darrow nyatanya terasa begitu 'jauh' dan tidak cukup menarik simpatiku dan beberapa teman-teman yang sepemikiran. Darrow ya Darrow. Sampai akhir buku karakternya tetap sama, dia tidak menemukan NEEDnya, atau menemukan sesuatu yang besar dalam dirinya, atau sejenisnya. Dia sama dari awal sampai akhir. Si Mr. Perfect. Bahkan, the fact that doi lah yang membuat semua perang ini pecah, dan membuat begitu banyak nyawa melayang termasuk nyawa sahabat-sahabatnya, dan karakter Darrow nggak memilki pay-off nya sama sekali bahkan sampai akhir, malah dia dapet ending paling membahagiakan, membuatku hm hm hm (((nissa syaban))).


LANJUT? Oke.
   Selain kekurangan dalam mempertahankan pesona karakter, sepertinya Morning Star juga punya sedikit masalah dalam mempertahankan keseluruhan plot.
Jadi ada adegan dimana Darrow, seperti biasa, nyaris mati demi menjalankan misi untuk merekrut suku Obsidian, sukunya Ragnar. Itu adalah adegan/bagian cerita yang panjangggg sekali, sampai Ragnar pun mati, Cassius tertangkap, dan lain-lain.
But guess what? Suku obsidian yang sudah susah payah mereka rekrut gak begitu berguna dong.


    Selain peran mereka sebagai suku primitif ala-ala suku avatar biru dan menjadi bala bantuan tambahan untuk kelancaran misi Darrow, nggak ada peran signifikan lainnya. Paling-paling hanya ada satu adegan dimana Sefi si pemimpin Obsidian rada memberontak, habis itu udahan. Iya udah. Ya udah gitu.
Reaksi Ragnar di alam barzakh, pas tau dia mati cuman buat nambah-nambahin plot di dalam Morning Star

TAPI, setidaknya plot twist di ending cukup memperbaiki segalanya. Aku suka rencana mereka mengalahkan Penguasa Agung di akhir. Aku juga suka bagaimana Jackal masih sama psikopatnya, bahkan sampai detik-detik terakhirnya pun dia masih sukar dikalahkan, walaupun kekuatan dia bukan di otot, tapi di otak.
Jadi, Jackal adalah bagian terbaik dari buku ini, in my opinion.

Terakhir, aku akan sangat merindukan dunia Red Rising, meskipun Sevro, karakter favoritku berubah menjadi bukan Sevro yang dulu kukenal, setidaknya dunia Red Rising sangat berkesan. Aku sangat mengerti kenapa Red Rising sempat booming banget, karena memang world buildingnya bagus, terlepas dari plot ceritanya yang dibangun di atas plot cerita The Hunger Games.
Apakah aku akan melanjutkan membaca Iron Gold? Kemungkinan besar tidak, mengingat aku sudah kehilangan segala kecintaanku sejak Sevro berubah menjadi Sule KW 2.

Tapi kita lihat saja nanti, siapa tau keajaiban terjadi di antara aku dan Iron Gold.
Untuk rating, aku kasih 3 dari 5 bintang, satu bintang untuk segi dunia Red Rising yang kuhargai dan akan kurindukan, satu bintang untuk plot twist di ending, dan satu bintang untuk Jackal.

Terima kasih gaess sudah mau mampir dan meluangkan waktu membaca review unfaedah ku ini yang super panjang. LOP YU PULL DAH POKOKNYA YA. Bye byeeee, tunggu review-reviewku selanjutnyaaa :*

Minggu, 16 Juli 2017

Review Novel: Dark Matter by Blake Crouch (Spoiler Free)

 

Judul: Dark Matter
Penulis: Blake Crouch
Penerbit: Penerbit Noura
Tahun Terbit: 2017
Jumlah halaman: 476 halaman
Rating Goodreads: 4.11/5 stars ★★★★☆

Apa kau bahagia dengan hidupmu?
Pernahkah kau bertanya-tanya bagaimana jika seandainya kau mengambil pilihan yang berbeda?

Kalian penggila cerita sci-fi?
Atau mungkin ingin mencoba membaca cerita yang 'fresh' dan berbeda?
Kalau iya, coba baca Dark Matter. Bagiku, buku yang ditulis Blake Crouch ini sungguh EPIC.

Berikut sinopsisnya:

Suatu malam -tanpa firasat apapun- Jason Dessen diculik.
Sesuatu disuntikkan ke tubuhnya. Dia mendapati dirinya terbangun di dunia yang berbeda. Di sana istrinya bukanlah istrinya dan anaknya tak pernah terlahir sama sekali. Di sana dia bukanlah dosen fisika biasa, melainkan genius terkenal yang telah melakukan hal-hal istimewa. Di sana segalanya tampak sama, sekaligus berbeda. Ke mana kehidupannya yang lama? Bagaimana caranya agar dia bisa kembali?

Hanya itulah yang Jason inginkan: kembali ke  keluarga yang dicintainya, tempat dia merasa bahagia. Namun, perjalanan menuju ke sana demikian berliku dan menakutkan, melebihi imajinasi terliarnya.

See? Dari blurbnya aja udah bikin penasaran.

Dark Matter yang ditulis Blake Crouch ini mengusung tema alternate-universe science fiction. Dan buku ini masih berada di puncak daftar "Favorite Books 2017"-ku. Why, Ratu? Well, bagaimana tidak? Selama membaca buku ini, me be like: "WTF IS GOING ON, JASON!??" 

Dengan membaca buku ini, kita bakal diajak kepada pemikiran-pemikiran sains liar dan ide sains yang 'gila', yang creatornya tak lain dan tak bukan adalah sang tokoh utama sendiri! Terkadang ada beberapa istilah sains yang mungkin membingungkan buat para pembaca awam genre sci-fi. But, it's alright. Bacanya pelan-pelan saja, jangan terburu-buru, biarkan semuanya mengalir sampai kalian akan dibawa pada klimaks mengerikan dan menegangkan di chapter-chapter terakhir.
Dark Matter membuatku berpikir bahwa INFINITY bisa menjadi SANGAT MENAKUTKAN.
Menurutku, Blake Crouch sangat piawai membawa cerita scifi dengan tema rumit seperti ini menjadi cerita yang sama sekali tidak membosankan, dan super thrilling.
Narasi yang padat, jauh dari kata bertele-tele. Dialog yang menggugah. Aah it's perfect!
Selain itu, kalian juga bakal jatuh cinta sama karakter Jason yang super-setia sama keluarganya (i need a husband like Jason in my life!!! ❤). Jason sangat gigih, dan kalian gak bakal dibikin annoyed sama doi. Karakter yang patut dicintai!
Mengenai endingnya, menurutku Blake Crouch punya cara tersendiri untuk mengeksekusi akhir cerita, meninggalkan pembaca dengan teorinya masing-masing. But, ini adviceku. Ingatlah pada bagian ketika Jason mengutarakan tentang teori superposisi. Bahwa yang terjadi bukanlah masa depan atau masa lalu, melainkan masa sekarang. Aduh, tanganku gatel pengen ngetik spoiler XD pokoknya yang mau lihat teori-ku, kunjungi postinganku tentang Dark Matter di Instagram ya XD

5/5 Stars for Dark Matter! ★★★★★

Cover Dark Matter favoritku
Salah satu versi cover Dark Matter yang lainnya